Dinamika Harga Nikel dan Proyeksi Ekspor Indonesia: Menapaki Era Hilirisasi Menuju Ekonomi Stabil

Senin, 13 November 2023
Dinamika Harga Nikel dan Proyeksi Ekspor Indonesia: Menapaki Era Hilirisasi Menuju Ekonomi Stabil

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Indonesia telah menetapkan harga nikel acuan sebesar US$20.190 per dry metric tonne (dmt) pada Oktober 2023, mengalami penurunan sebesar 3,05% dari acuan bulan sebelumnya yang mencapai US$20.827 per dmt. Meskipun demikian, harga nikel masih mempertahankan stabilitas relatif sejak awal tahun ini, setelah mengalami lonjakan pada Februari 2023 mencapai US$28.444 per dmt.

Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral RI Nomor 335.K/MB.01/MEM.B/2023, yang diumumkan pada 11 Oktober 2023, menegaskan penetapan harga nikel acuan untuk Oktober. Hal ini menjadi sorotan mengingat kestabilan harga nikel menjadi kunci dalam mengamankan sektor pertambangan dan perdagangan mineral logam.

Dinamika Harga Nikel

Dalam kurun waktu sejak awal tahun 2023, harga nikel acuan Indonesia telah mengalami fluktuasi yang cukup signifikan. Puncaknya terjadi pada Februari 2023 dengan mencapai US$28.444 per dmt. Meski mengalami penurunan tiap bulannya, September 2023 mencatatkan kenaikan harga menjadi US$20.827 per dmt. Namun, Oktober 2023 menunjukkan penurunan kembali, menjadikannya acuan terendah sejak awal tahun.

Proyeksi Ekspor Nikel

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menggambarkan proyeksi yang menjanjikan terkait nilai ekspor produk turunan nikel. Dalam pandangannya, nilai ekspor turunan nikel, khususnya yang terkait dengan mobil listrik atau Electric Vehicles (EV), dapat mencapai US$60 miliar atau sekitar Rp927,84 triliun pada tahun 2025.

Menurut Luhut, hilirisasi nikel menjadi besi, baja, baterai lithium, dan mobil listrik menjadi pendorong utama proyeksi ini. Data dari Katadata mencatat bahwa nilai ekspor nikel dan turunannya pada tahun berjalan telah mencapai US$19,47 miliar atau Rp301 triliun, sedangkan pada tahun sebelumnya mencapai US$34,28 miliar atau Rp530,1 triliun.

Dampak Hilirisasi Terhadap Ekonomi Nasional

Luhut menekankan bahwa mayoritas turunan nikel saat ini adalah besi dan baja. Namun, dengan berlanjutnya program hilirisasi, ia meyakini bahwa pada tahun 2025-2026, turunan nikel akan semakin mendominasi dalam bentuk baterai lithium dan kendaraan listrik. Hal ini diperkirakan akan membawa nilai ekspor nikel dan turunannya mencapai kisaran US$50 miliar hingga US$60 miliar.

Pernyataan Luhut juga mencerminkan dampak positif dari program hilirisasi terhadap perekonomian nasional. Stabilitas ekonomi dan pemerataan pembangunan di dalam negeri menjadi bukti bahwa transformasi sektor tambang, khususnya nikel, memberikan kontribusi positif terhadap keberlanjutan ekonomi Indonesia.

Sebagai penutup, perkembangan dinamika harga nikel dan proyeksi ekspor yang optimis menjadi faktor penting dalam menilai kontribusi sektor tambang terhadap pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan Indonesia pada masa mendatang.

Tidak menemukan barang? kirim permintaan sekarang!

Ketik permintaan anda atau Tarik file kedalam field

Produk terkait